Nama Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo Makin Menguat Calon Kapolri, Berikut Sepekterjangnya

Realitarakyat.com – Nama calon-calon Kapolri santer beredar seiring mendekatnya masa pensiun Jenderal Polisi Idham Azis.
Dari lima nama berpangkat komisaris jenderal (komjen), nama Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo disebut-sebut memiliki kans besar menjadi Kapolri.
Pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta menilai Kabareskrim Komjen Pol. Listyo Sigit Prabowo yang berpeluang dipilih Presiden Jokowi.
“Dari sisi rekam jejak dan kemampuan tentu sangat baik. Namun ada catatan khusus, bahwa usia kerja Sigit masih cukup panjang hingga 2027,” katanya, Selasa (11/1/2021).
Siapakah Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo? Berikut profil dan rekam jejaknya.
Pria kelahiran Ambon, Maluku, 5 Mei 1969 itu adalah perwira jebolan Akademi Kepolisian (Akpol) 1991. Selama ini, Sigit dikenal dekat dengan Presiden Jokowi.
Kedekatan itu diperkuat saat Sigit bertugas sebagai ajudan Presiden pada 2014-2016.
Kedekatan Sigit dan Jokowi terbangun dalam peristiwa yang mengguncang Solo pada September 2011, yakni bom bunuh diri di halaman Gereja Bethel Injil Sepenuh, Kepunton. Bom itu meledak hanya berselang lima bulan setelah Sigit dilantik menjadi Kapolres Solo.
Peristiwa bom itu cukup memukul karena tiga hari kemudian, Solo mesti menjadi tuan rumah Asian Parliamentary Assembly atau Majelis Parlemen Asia. Pada saat yang sama, Jokowi sedang gencar mempromosikan Solo sebagai destinasi wisata.
Sigit lalu meyakinkan bahwa Solo aman. Dia bergerak mengamankan acara internasional itu dengan memulihkan kepercayaan wisatawan, jua pendatang.
Sigit resmi dilantik menjadi Kepala Bareskrim Polri pada Senin, 16 Desember 2019. Dia mengisi kursi lowong setelah pejabat sebelumnya, Idham Azis ditarik menjadi Kapolri.
Sebagai pejabat Bareskrim baru, jenderal bintang tiga itu mematok target kerja. Utamanya mengevaluasi reserse dan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat.
Selama berkarier, Sigit pernah beberapa kali menduduki jabatan strategis di kepolisian. Lulusan S2 Universitas Indonesia dengan tesis penanganan konflik etnis di Kalijodo itu pernah menjabat Kapolres Pati (2009) dan tahun selanjutnya dimutasi menjadi Kepala Kepolisian Resor Sukoharjo (2010).
Setelah itu, dia menduduki posisi Wakapoltabes Semarang, dan pernah menjadi Kapolres Solo.
Pada 2012, Jokowi yang diusung oleh PDI Perjuangan maju sebagai Gubernur DKI Jakarta dan menang dalam Pilkada tersebut, Sigit juga ikut pindah ke Ibu Kota Negara dengan menjabat Kasubdit II Dittipidum Bareskrim Polri.
Tahun 2013, Sigit ditugaskan menjadi Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sulawesi Tenggara (2013), namun pada 2014 setelah Jokowi menjadi Presiden, dia kembali ke Jakarta untuk mengemban tugas menjadi ajudannya pada 20 Oktober 2014 hingga 5 Oktober 2016.
Selanjutnya dia mendapat promosi jabatan sebagai Kapolda Banten dan menyandang pangkat bintang satu. Sigit memimpin Polda Banten selama 2 tahun, yakni 5 Oktober 2016–13 Agustus 2018.
Selepas menjabat Kapolda Banten, Sigit menjadi salah satu anggota polisi yang mendapatkan promosi jabatan di lingkungan Polri untuk menjadi Kadiv Propam menggantikan Irjen Martuani Sormin, yang ditugaskan sebagai Kapolda Papua.
Setelah kosong selama 35 hari sejak ditinggalkan Idham Azis, melalui Surat Telegram Kapolri Nomor: ST/3229/XII/KEP./2019 tanggal 6 Desember 2019, diterangkan Kadiv Propam Polri Irjen Pol Listyo Sigit Prabowo menjadi Kabareskrim Polri.
Selama menjabat Kepala Bareskrim Polri banyak kasus besar yang berhasil dibongkar bersama anak buahnya. Kasus yang menonjol adalah penangkapan buronan kasus korupsi pengalihan hak tagih atau cessie Bank Bali, Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko Tjandra di Malaysia.
Penangkapan Djoko Tjandra dipimpin langsung oleh Sigit sekaligus membuka tabir sejumlah pihak yang terlibat. Dari lima tersangka dua diantaranya anggota polisi yakni Brigen Pol Prasedjo Utomo dan Irjen Pol Napoleon Bonarparte.
Kasus menonjol lainnya adalah kebakaran Gedung Kejaksaan Agung (Kejagung). Penyidik Bareskrim telah menetapkan 8 orang sebagai tersangka.
Mereka adalah tukang di Kejaksaan Agung berinisial, T, H, S, dan K. Pekerja lain yang mengerjakan wallpaper berinisial IS, mandor berinisial UAM, vendor maupun PT ARM inisial R dan PPK inisial NH.
Kasus besar lainnya yang dibongkar jajaran Bareskrim adalah mengungkap narkoba jenis sabu sebanyak 1,2 ton, 35.000 butir pil ekstasi dan 410 Kg ganja selama kurun waktu Mei-Juni 22020.
Barang bukti tersebut disita dari jaringan Iran-Timur Tengah yang ditangkap di 2 lokasi berbeda yakni di Serang, Banten dan Sukabumi, Jawa Barat. Dari hasil penangkapan tersebut, Tim Satgas Merah Putih berhasil mengamankan 7 orang tersangka.
Kasus lain yang menjadi perhatian publik adalah membantu menangkap Maria Pauline Lumowa, tersangka pembobolan BNI 46 senilai Rp1,7 triliun. Penangkapan ini dipimpin langsung oleh Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly.
Dalam beberapa kesempatan Sigit menegaskan, penuntasan berbagai kasus merupakan bentuk komitmen, transparansi di tubuh Polri. Terutama kasus Djoko Tjandra yang melibatkan 2 anggota polisi berpangkat jenderal.
“Bareskrim Polri terus melakukan pembenahan internal untuk lebih profesional dan produktif dalam penanganan penegakan hukum di Indonesia,” kata Sigit beberapa waktu lalu.(lm)