Polri Jamin Aksi Teror Tak Ancam Iklim Demokrasi

Realitarakyat.com – Polri menjamin penindakan aksi teror yang dilakukan saat ini tidak akan mengancam iklim demokrasi. Pasalnya, pencetus suara-suara kritis tidak menjadi target sasaran penanganan terorisme.

“Kemudian tentunya yang terakhir, kami ingin menjelaskan, menegaskan kembali bahwa penindakan aksi teror tidak mengancam demokrasi, karena suara kritis itu tidak menjadi target sasaran daripada penanganan terorisme,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono dalam diskusi virtual di kanal YouTube Public Virtue Institute, Minggu (4/4/2021).

Rusdi mengatakan pihaknya hanya akan menyasar kelompok teror yang pintar berkamuflase. Mereka adalah kelompok yang senantiasa melontarkan narasi-narasi radikal yang diistilahkan sebagai kebebasan berpendapat.

“Tetapi kelompok teror ini pintar sering berkamuflase mereka, aksi teror yang didahului dengan narasi radikal, mereka sebut sebagai bagian daripada kebebasan berpendapat. Ini hal seperti ini sering terjadi sekali, terjadi di masyarakat ketika dia bicara bahwa ini kebebasan berpendapat, padahal kami dari Polri kami tentunya bisa mengetahui latar belakang daripada kelompok-kelompok ini,” ungkapnya.

Rusdi mengatakan masyarakat Indonesia harus sepakat untuk membangun demokrasi yang sehat dalam bingkai toleransi. Rusdi mengajak masyarakat untuk menciptakan iklim demokrasi yang kondusif sesuai yang diharapkan oleh bangsa dan negara.

“Dan tentunya kita sepakat bahwa Indonesia, kita membangun satu demokrasi yang sehat, demokrasi yang sehat adalah bagaimana demokrasi di dalamnya pun toleransi hidup dengan sehat, dengan cara-cara seperti ini demokrasi yang sehat, toleransi juga sehat, maka kita dapat menjalankan bagaimana bangsa dan negara ini bisa sesuai yang kita ciptakan bersama,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, sejumlah terduga teroris ditangkap oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri pasca-bom bunuh diri yang dilakukan L dan YSF di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Total ada 32 terduga teroris yang sudah ditangkap dari beberapa wilayah.

Dari 32 terduga tersebut, 18 orang ditangkap di Makassar. Mereka masuk kelompok Kajian Villa Mutiara dan berkaitan dengan L dan YSF.

“Penanganan terhadap pelaku, sampai siang hari ini Densus terus mengembangkan masalahnya. Telah diamankan sampai siang hari ini 18 yang diduga terlibat di dalam kasus Gereja Katedral di Makassar khususnya ini kelompok Villa Mutiara,” ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (1/4).

Rusdi mengungkapkan, satu dari 18 terduga teroris yang ditangkap di Makassar merupakan otak pembuat bom berinisial W. Polisi terus mengembangkan kasus tersebut.

“Sudah 18. Dan salah satu otak pembuat bom yang digunakan untuk meledakkan, saudara W ini laki-laki telah turut diamankan. Kasus tetap dikembangkan terus, diusut, sehingga betul-betul kelompok Villa Mutiara ini bisa dituntaskan,” katanya.

Selain itu, Densus 88 juga menangkap tujuh terduga teroris di Jakarta yang sebelumnya disebutkan ada lima. Namun Rusdi tidak menjelaskan secara rinci siapa dan di mana dua terduga teroris yang baru ditangkap.

“Nanti kita update, yang jelas sudah 7 dan akan dikembangkan terus. (Ditangkap di) Jakarta dan sekitarnya. Ini belum diketahui untuk Jakarta jaringan mana, masih didalami oleh Densus. Nanti apabila sudah tuntas tugas Densus, rekan-rekan akan tahu ini jaringan mana,” katanya.

Selanjutnya, lima orang terduga teroris ditangkap di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka masuk jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

“Kemudian untuk penahanan lain di NTB tetap 5. Di Jawa Timur, ada 2 yang diamankan. Di Jakarta sudah 7 yang Condet dan Bekasi. Sekarang jumlahnya sudah 7 yang diamankan Densus 88 (di Jakarta),” tutur Rusdi.[prs]