Realitarakyat.com – Manuver politik Kinerja Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko dalam kisruh internal Partai Demokrat dinilai menjadi alasan untuk masuk dalam reshuffle kabinet jika benar dilakukan dalam waktu dekat ini.
“Ada satu alasan politis yang bisa membuat reshuffle masuk akal, yaitu kasus manuver politik KSP Moeldoko,” ujar Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan kepada Realitarakyat.com, Juamt (16/4/2021).
Bagaimana pun, kata Djayadi, manuver Moeldoko menimbulkan persepsi negatif terhadap Presiden Jokowi atau Istana Kepresidenan. Menurut Djayadi, perhitungan politik dan hukum Moeldoko juga tampaknya meleset.
Karena, kata Djayadi, secara hukum langkah Moeldoko mendukung Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara beberapa waktu lalu tidak dibenarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) yang merupakan teman satu tim KSP.
“Jadi reshuffle bisa saja melakukan evaluasi terhadap Moeldoko,” kata Djayadi.
Dari hasil isu yang berkembang, muncul nama Fahri Hamzah dan TGB Pengganti Moeldoko.
Menaggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Survei KedaiKOPI, Kunto Aji Wibowo mengatakan bisa jadi, tapi menurut saya kemungkinan besar dari Tokoh Oposisi.
” Bisa saja Fahri hamzah atau TGB, namun secara pasti namanya saya tidak bisa pastikan, namun saya yakin dari pihak oposisi penggantinya.” Ucap Aji.
Kunto menilai Moeldoko bakal diganti atau minimal pindah posisi. Hanya, dia kurang memahami kebijakan yang akan diambil Jokowi untuk Moeldoko.
“Dan kalau untuk pengganti Pak Moeldoko saya berpikir bahwa ini problemnya ada di kemampuan analisis, metodologi yang bagus sehingga bisa menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang pas buat pemerintahan Pak jokowi. Apalagi kita ada permaslahan COVID-19, ekonomi sedang sulit, jadi menurut saya rekomendasikan yang ahli dalam analisis politik, sosial ekonomi, jadi jika Fahri hamzah menurut saya sangat pas, karena dia memahami ekonomi dan hampir diterima semua lini,” jelasnya.
“Kemudian yang kedua sangat menguntungkan juga kalau KSP ini diisi orang-orang muda, kita liat apa Stafus Pak Jokowi yang muda ini enggak terlalu oke, mungkin bisa ditempatkan di KSP kaya westlingnya di Gedung Putih. Mungkin dari situ akan muncul inovasi-inovasi dan gebrakan baru dan tidak lupa ada analisis yang lebih bagus di dalamnya,” imbuh Kunto.
Kunto menambahkan untuk figur yang cocok menggantikan Moeldoko, ia mendengar sejumlah nama yang berseliweran tapi hal tersebut belum bisa dikonfirmasi kebenarannya. Dia mengaku mendengar sejumlah Purnawirawan yang dekat dengan mantan KSP, Luhut Binsar Panjaitan sampai tokoh yang dulu menjadi oposisi Pemerintahan Jokowi.
“Akan tetapi nama-namanya bisa jadi tokoh politik yang aktif atau mantan, yang sekarang ke kubunya Pak Jokowi atau purn jenderal dan anak-anak muda yang dulu pernah di KSP. Itu ada tokoh-tokoh oposisi yang dulu pernah jadi oposisi kemudian dirangkul Pak Jokowi,” pungkasnya.(Din)