Realitarakyat.com – Dana Moneter Internasional (IMF) berharap dapat melanjutkan pembahasan dana talangan atau bailout ketika situasi genting di Sri Lanka sudah mereda.
“Kami berharap resolusi situasi saat ini dapat memungkinkan dibukakan kembali dialog kami tentang program (bailout) yang didukung IMF,” tulis IMF dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Senin (11/7).
IMF sendiri terkenal akan solusi bailout yang mereka tawarkan kepada negara-negara yang mengalami krisis. Program ini juga pernah diberikan kepada negara-negara seperti Pakistan dan Yunani. Kedua negara sempat mengalami krisis keuangan hingga harus diberi uang pinjaman oleh IMF.
Selain itu, China disebut sebagai negara pemberi pinjaman terbesar ke Sri Lanka dengan total nilai US$8 miliar. Jumlah ini seperenam dari total utang luar negeri Sri Lanka sebesar US$45 miliar pada April 2022.
Melansir Times of India, tahun ini saja Sri Lanka utang US$1 miliar hingga US$2 miliar ke Negeri Tirai Bambu.
Pemerintah Sri Lanka banyak meminjam dari Beijing sejak 2005 untuk sejumlah proyek infrastruktur, termasuk pelabuhan Hambantota. Namun, proyek infrastruktur tersebut dianggap tak memberi manfaat.
Sri Lanka mengalami krisis ekonomi yang memicu krisis politik dalam negeri. Massa yang tidak puas dengan kenaikan harga dan kelangkaan barang marah.
Massa menggelar demonstrasi besar-besaran, bahkan berhasil menduduki rumah Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa pada Sabtu kemarin.
Presiden Gotabaya dilaporkan akan mengundurkan diri pada Rabu mendatang.
“Untuk memastikan transisi damai, presiden mengatakan bahwa ia akan mundur pada 13 Juli,” ujar ketua parlemen Sri Lanka, Mahinda Abeywardana, seperti dilansir AFP.
Namun, Abeywardana tak menjabarkan lebih lanjut proses transisi kepemimpinan di negara itu setelah Rajapaksa mundur.[prs]