Luhut Bilang Kebijakan Ekspor Ukraina Biang Kerok Jebloknya Harga TBS Sawit, Begini Tanggapan Politisi PDIP

  • Bagikan
Komisi VI DPR, dpr
Politikus PDI Perjuangan Deddy Yevri Sitorus. //NET
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Anggota Komisi VI DPR RI Deddy Yevri Sitorus mengkritisi pernyataan Luhut Binsar Panjaitan bahwa kebijakan ekspor Ukraina jadi biang kerok harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit jeblok di bawah Rp1.000 per kg.

Deddy menyebut ucapan Luhut yang menyalahkan Ukraina terkesan tidak bertanggung jawab.

“Kalau Pak Luhut bilang itu karena Ukraina buka keran ekspor bunga matahari dan memangkas pajak ekspor, itu namanya buang badan dan tidak bertanggung jawab,” kata Deddym seperti dikutip dari Antara, Sabtu (9/7/2022).

Politikus PDI Perjuangan itu berpendapat bahwa anjloknya harga TBS petani itu karena beberapa faktor, misalnya kerusakan rantai pasok terkait dengan moratorium ekspor, dan mekanisme perizinan ekspor (PE) yang memakan waktu.

Lalu, kebijakan distribusi minyak goreng yang kacau, tingginya beban pungutan ekspor, dan flushing out.

“Kekacauan itulah yang menyebabkan harga TBS petani hancur di bawah kewajaran,” kata Deddy.

Ia menegaskan pemerintah jangan mencari kambing hitam terkait harga TBS ini. Pasalnya, harga keekonomian TBS itu ambruk karena kapasitas tangki penampung crude palm oil (CPO) yang overload sehingga tidak mampu menampung lagi.

Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Kalimantan Utara itu menjelaskan bahwa pengelolaan CPO dan minyak goreng saat ini gagal total, karena ekspor tertahan dan negara rugi.

Menurutnya, perusahaan juga tengah dirugikan karena kualitas CPO menurun dan petani kecil menjerit karena harga yang terjun bebas. Bahkan, pada saat permintaan dunia menurun nyaris 30 persen, harga TBS dan CPO tetap rontok di bawah harga keekonomian.

“Kenapa? Karena rantai pasok komoditas tersebut tersendat,” ujarnya.

Deddy mengatakan kondisi ini lah yang kemudian mendorong pasar global mencari jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan mereka akan minyak nabati.

Pasar mulai mengalirkan minyak nabati selain sawit di dunia, salah satunya minyak bunga matahari dari Ukraina.

“Jadi, masalahnya ada pada pengelolaan industri sawit di Indonesia yang carut-marut, bukan semata-mata karena pengaruh global,” tuturnya.

Di Bawah Rp1.000 Per Kg
Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) mengatakan harga TBS kelapa sawit masih berada di bawah Rp1.000 per kg di banyak daerah Indonesia.

Bahkan, harga TBS kelapa sawit di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, anjlok hingga Rp650 per kg.

Luhut mengatakan kebijakan ekspor Ukraina menjadi biang kerok harga TBS kelapa sawit jeblok. Ia menuturkan Ukraina kembali membuka keran ekspor minyak nabati sunflower atau minyak biji matahari, yang sempat terhenti lima bulan.

Selain itu, Ukraina juga menurunkan pajak ekspor minyak biji matahari untuk menguatkan ekspor.

“Memang tidak mudah menaikkan harga TBS itu karena kan selama ini harga minyak di Ukraina, minyak sunflower itu sudah lama tak ter-ekspor berapa bulan tuh, empat sampai lima bulan. Sekarang dia (Ukraina) menurunkan pajak (ekspor juga), pengaruh lah ke yang lain,” ungkap Luhut.

Luhut mengaku belum punya proyeksi kapan harga TBS kelapa sawit bisa kembali merangkak. Sebab, Ukraina masih akan gencar mengekspor minyak biji matahari karena pasokan melimpah.

“Nggak bisa ngomong sekarang (kapan harga TBS naik). Harus lihat Ukraina, cadangan (minyak biji matahari) besar sekali tuh. Sekarang dibuka (ekspor), pajak dikurangi,” jelas Luhut. (ndi)

  • Bagikan