Buntut Penembakan Massal di SD Texas, Ayah Korban Somasi Produsen Senjata Api

  • Bagikan
Buntut Penembakan Massal di SD Texas, Ayah Korban Somasi Produsen Senjata Api
/net
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Alfred Garza, ayah dari salah satu anak berusia 10 yang menjadi korban penembakan massal di SD Robb, Uvalde, Texas, Amerika Serikat (AS) menyomasi produsen senjata api, Daniel Defense.

Daniel Defense adalah produsen senjata api semiotomatis yang digunakan Salvador Ramos (18) melakukan aksi penembakan massal yang menewaskan 19 siswa dan dua guru pada 24 Mei lalu. Ramos tewas dalam aksinya setelah dilumpuhkan penegak hukum.

Dari penyelidikan diketahui Ramos secara legal membeli senjata pertamanya pada ulang tahunnya yang ke-18 pada 17 Mei.

Garza yang merupakan ayah dari korban tewas penembakan di SD Robb, Amerie Jo, itu melayangkan somasi ke Daniel Defense pada Jumat (3/6) lalu meminta informasi soal pemasaran produknya kepada remaja dan anak-anak.

“Kami meminta anda untuk memberikan informasi kepada kami sekarang, jika tidak itu memaksa Tuan Garza untuk melayangkan gugatan hukum guna mendapatkannya,” demikian isi surat somasi dari kuasa hukum Garza kepada Daniel Defense seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (4/6).

Di sisi lain, Daniel Defense belum memberikan pernyataan terkait juga atas somasi yang dilayangkan ayah korban penembakan massal tersebut.

Kuasa hukum Garza adalah Josh Koskoff yang juga pernah menangani kasus penembakan Sekolah Dasar Sandy Hook di Newtown, Connecticut pada 2012 silam. Kala itu kliennya mendapatkan ganti rugi senilai US$73 juta (sekitar Rp1,05 triliun) dari produsen Remington yang dipakai pelaku penembakan massal di Newtown.

Kasus SD Sandy Hook itu menjadi penyelesaian signifikan pertama atas penembakan massal terhadap pembuat senjata, pihak yang dilindungi undang-undang federal dari tuntutan hukum.

“Sandy Hook di Connecticut tidak punya ikatan hukum pada pengadilan Texas tapi itu tidak berarti tidak memiliki kekuatan persuasif,” kata Koskoff.

Koskoff mengatakan kepada Reuters dia menerapkan apa yang dia pelajari dari kasus Sandy Hook untuk penyelidikannya saat ini.

Penyelidikan itu difokuskan pada pemasaran senjata untuk anak-anak dan remaja serta pemasaran video games yang menggunakan sudut pandang orang pertama (first-person shooter).

“Penembak itu, pada dasarnya pada hari saat dia memasuki usia 18 tahun, dia tahu persis senjata apa yang dia dapatkan,” kata Koskoff.

Dalam tindakan hukum terpisah, karyawan sekolah yang menjadi tempat penembakan massal, Emilia Marin, mengajukan surat ke pengadilan Negara Bagian Texas untuk menuntut agar Daniel Defense memberikan kesaksian.

Karyawati SD Robb, Uvalde, itu juga meminta pengadilan memaksa Daniel Defense untuk menyerahkan dokumen, juga terkait dengan pemasarannya. Di laman sekolah tersebut, Marin terdaftar sebagai petugas patologi wicara.

Tuntutan Marin, yang diajukan pada Kamis (2/6) malam, adalah petisi yang memungkinkan suatu pihak untuk mulai menyelidiki kemungkinan kewajiban memberikan kompensasi.

Produsen senjata umumnya dilindungi –dari tuntutan hukum atas penggunaan senjata api secara kriminal– oleh undang-undang federal yang disebut Protection of Lawful Commerce in Arms Act (PLCAA).

Namun, Mahkamah Agung Connecticut pada 2019 memutuskan produsen Remington Arms dapat dituntut keluarga korban Sandy Hook di bawah pengecualian PLCAA karena perusahaan itu diduga melanggar undang-undang negara bagian menyangkut pemasaran. (ndi)

  • Bagikan