Realitarakyat.com – PT PLN (Persero) mendapat dukungan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.
Dukungan ini direalisasikan dengan penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dan Director General Southeast Asia Department ADB Ramesh Subramaniam di sela rangkaian COP 26, di Glasgow, Senin (1/11) waktu setempat.
Adapun lingkup kerja sama kedua belah pihak meliputi, studi kelayakan penuh yang mencakup aspek teknis dan finansial dari pengurangan pembangkit listrik tenaga batu bara. Kemudian, evaluasi struktur ETM, mencari program atau mekanisme lain yang sesuai dan merancang program bantuan teknis transisi yang adil.
Setelah penandatanganan MoU ini, PLN dan ADB akan mengembangkan program kerja sama tahunan. Pada tahun 2022 dan seterusnya, kedua belah pihak bakal merancang peta jalan dalam rangka menghentikan penggunaan batu bara guna mencapai netralitas karbon pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Wakil Menteri I BUMN Pahala Mansury menilai PLN sebagai salah satu BUMN yang sangat aktif dalam program dekarbonisasi. Menurut Pahala, kerja sama dengan ADB, menjadi amunisi tambahan perseroan untuk bisa mempercepat target tersebut.
“Kami sangat optimistis target dekarbonisasi bisa tercapai dengan adanya kerjasama yang baik antara PLN dan ADB. Ini merupakan langkah yang agresif dalam PLN mencapai net zero emission,” ujar Pahala dalam sambutan MoU ADB – PLN regarding Energy Transition Mechanism seperti dikutip dari keterangan resmi.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, Indonesia memiliki peran penting dalam mengelola perubahan iklim. Pasalnya, dalam skenario business as usual (BAU) atau tidak melakukan apa-apa, emisi Indonesia akan meningkat di atas 4 miliar ton CO2 per tahun pada 2060 di mana dua sektor penyumbang emisi tersebut adalah sektor transportasi dan kelistrikan.
“Pada 2060, emisi sektor listrik bisa mencapai 0,92 miliar ton CO2 per tahun, dan emisi sektor transportasi bisa mencapai 0,86 miliar ton CO2 per tahun,” kata Zulkifli.
Pada kesempatan yang sama, ADB Vice President Ahmed Saeed mengatakan kerja sama dengan PLN merupakan kesempatan baik untuk bisa bersama sama mencapai transisi energi menuju energi bersih.
“Kesempatan ini sangat baik bagi kami dan PLN dalam mendukung Indonesia menuju transisi energi dari energi yang tinggi karbon menjadi energi bersih,” ujarnya.
Indonesia, sambung Saeed, merupakan salah satu dari tiga negara yang menjadi mitra ADB dalam pilot project Energy Transition Mechanism (ETM). Program ini merupakan program dukungan ADB dalam pengurangan karbon yang bertujuan untuk menggunakan pembiayaan publik-swasta untuk mempercepat pensiunnya pembangkit listrik tenaga batu bara dan menggantinya dengan yang bersih dan terbarukan sumber energi.
“ADB baru-baru ini menyelesaikan studi pra-kelayakan ETM dan sekarang mengerjakan studi kelayakan penuh,” ujar Saeed.
Director General Southeast Asia Department ADB Ramesh Subramaniam menambahkan kerja sama ini akan berlaku tiga tahun dan bisa ditindak lanjuti kemudian. Ke depan, kedua belah pihak akan membahas lebih spesifik terkait rencana PLN dalam mengurangi porsi PLTU dan beralih ke energi bersih.
“Tentu harapannya, pada COP berikutnya kami dan PLN mampu mempresentasikan kemajuan dari kerja sama ini. Harapannya, Indonesia akan lebih baik lagi dalam porsi energi bersih dan kami sangat senang bekerjasama dengan PLN dalam proyek energi bersih ini,” ujar Subramaniam.
Sebagai informasi, Indonesia telah berkomitmen dalam menekan emisi karbon, dengan menetapkan target netralitas karbon (carbon netral) pada 2060 dan mewujudkan komitmen Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030.[prs]