Realitarakyat.com – Dinas Pangan Aceh menyebutkan pemerintah memiliki stok cadangan pangan pemerintah (CPP) beras sekitar 475 ton untuk mengantisipasi krisis pangan di provinsi setempat akibat bencana alam ataupun gagal panen.
“Ada sekitar 475 ton stok beras yang diimpan di Bulog Aceh, dan akan digunakan kalau krisis pangan daerah-daerah bencana di Aceh,” kata Kepala Dinas Pangan Aceh Cut Yusminar di Banda Aceh, Jumat (19/11).
Menurut Pusat Pengendalian Data dan Informasi (Pusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), beberapa kabupaten/kota di provinsi paling barat Indonesia itu dilanda banjir akibat curah hujan dengan intensitas tinggi selama November 2021.
Beberapa daerah yang dilanda banjir sepanjang November 2021 itu, seperti Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Utara, Aceh Timur dan beberapa daerah lain. Ada daerah yang kondisi banjir sudah mulai surut, ada juga yang masih tergenang dengan ketinggian air bervariasi.
Cut Yusminar mengatakan bahwa daerah-daerah yang dilanda banjir tersebut belum mengalami krisis pangan sehingga masih bisa tertangani dengan bantuan masa panik yang diberikan Dinas Sosial Aceh.
“Kalau stok bahan pokok siap. Cuma saat ini masih bisa tertangani dengan bantuan darurat dari Dinas Sosial atau BPBA,” katanya.
Apabila kondisi makin parah, debit air terus bertambah menggenangi permukiman penduduk, lahan persawahan gagal panen, krisis pangan terjadi, baru Dinas Pangan Aceh mengeluarkan stok beras tersebut.
Adapun mekanismenya, lanjut dia, kepala daerah mengajukan permohonan bantuan kepada gubernur Aceh, lengkap dengan data-data daerah yang ingin dibantu karena krisis akibat bencana alam.
“Gubernur baru memerintahkan kami untuk melaksanakan. Pada saat ini kami masih stok tingkat bahan pokok dahulu, beras,” katanya.
Selain itu, harga komoditas pangan di wilayah Aceh juga masih stabil menjelang akhir 2021. Selain padi yang memang surplus di Aceh, harga bawang, telur dan komoditas pangan lain juga relatif stabil.
Harga bawang merah yang dijual di pasar, kata dia, mulai Rp25 ribu hingga Rp28 ribu per kilogram. Harga tersebut dinilai masih normal. Apabila terjadi lonjakan pada akhir tahun nanti, Pemerintah Provinsi Aceh siap untuk mengintervensi, begitu juga komoditas lain.
“Seperti dahulu pernah kami masukkan bawang merah dari Jawa karena harganya sudah mencapai Rp50 ribu per kilogram,” katanya.