Dyah Roro: Gelaran IPU ke-144 Bali Momentum yang Luar Biasa

  • Bagikan
indonesia
Anggota BKSAP Dyah Roro Esti/Net
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Dyah Roro Esti menyebut bahwa gelaran parlemen dunia atau Inter-Parliamentary Union (IPU) ke-144, momentum yang sangat luar biasa. Apalagi selain IPU, Indonesia adalah negara untuk Presidensi Group of 20 (G20), forum kerja sama 20 ekonomi utama dunia.

“Jadi (IPU ke-144) momentum yang sangat luar biasa, dan saya berharap dari momentum ini kita juga bisa menghasilkan terobosan-terobosan yang pada sejatinya dibutuhkan oleh bangsa,” kata Dyah Roro dalam Dialektika Demokrasi bertema ‘Misi DPR RI dalam Inter Parliamentary Union (IPU) Ke-144 Bali’ di Media Center Gedung Nusantara III Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (17/3).

IPU ke-144 di Nusa Dua, Bali pada tanggal 22-24 Maret ini, lanjut Roro, mengambil tema “Getting to Zero: Mobilizing Parliament to Act on Climate Change”. Isu perubahan iklim diambil sebagai tema besar yang akan dibahas karena menyangkut kelangsungan hidup dan keselamatan dunia.

“Bahwa climate change ini merupakan isu utama yang nantinya akan dibahas pada ajang IPU ke-144 di Bali, dan ini sangat amat besar relevansinya terhadap negara Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi data agreement di tahun 2016, dimana waktu itu diundang-undangkan melalui Undang-Undang (UU) nomor 16 tahun 2016, dalam rangka mengurangi emisi karbon sebesar 29% dan juga 41% dengan bantuan ternasional,” bebernya.

Karena itu, polisi Partai Golkar ini mengingatkan bahwa 192 negara telah meratifikasi. Maka dari itu. komitmen lintas negara ini sangat dibutuhkan untuk bagaimana caranya untuk bisa menekankan ataupun mengurangi emisi karbon secara keseluruhan.

“Kalau kita berbicara mengenai sektor energi, karena kebetulan saya juga latar belakangnya di Komisi VII DPR RI yang membidangi energi risert inovasi dan industri 30% dari total emisi karbon, PR (pekerjaan rumah) kita banyak sekali, karena ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil ini masih tinggi. Jadi kita harus akui bahwa energi fosil atau sektor ini berkontribusi sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi negara Indonesia dan juga telah menciptakan lapangan pekerjaan yang sangat amat banyak maka terciptanya multiplayer effect, di mana itu juga sangat relevan terhadap dari pada setiap masyarakat dan sebagainya,” kata Roro.

Oleh karena itu, Komisi VII DPR RI mendorong diperlukannya transisi, mengingat membutuhkan sebuah proses yang cukup panjang, dan bagaimana Indonesia bertransisi dari yang tadinya mayoritas dari misalnya pembangkit listrik ke energi terbarukan. Bahkan mitra kerja Komisi VII DPR RI juga sangat komit, baik itu dari Kementerian ESDM nya sendiri untuk mendorong percepatan daripada energi terbarukan.

“Kita melihat ada beberapa hal yang dilakukan dengan implementasi dari PLTS rooftop ataupun pembangkit listrik yang juga berbasis energi terbarukan saat ini sedang dilakukan, MoU-nya sedang di dorong. Jadi komitmen negara kita realisasi yang sudah dilakukan di lapangan, tetapi disamping itu IPU ini menurut saya bisa menjadi momentum untuk bagaimana seluruh negara yang hadir bisa saling menguatkan satu sama lain,” demikian Dyah Roro Esti.[prs]

  • Bagikan