Hasto PDIP Klaim Bali Titik Temu dari Peradaban Dunia

  • Bagikan
PDIP, Pemilu Proposional
Sekretaris Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Hasto Kristiyanto. //NET
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (Sekjen PDIP) Hasto Kristiyanto menyatakan Provinsi Bali merupakan titik temu dari peradaban dunia.

“Bali menjadi titik temu peradaban dunia. Bali tiada henti dibanjiri arus modernitas yang hebat dari seluruh dunia, namun Bali selalu kokoh pada identitas kulturalnya,” kata Hasto dalam keterangannya diterima di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan ada fenomena menarik ketika para pelancong domestik dan mancanegara datang ke Bali. Atmosfirnya kata Hasto sungguh berbeda.

Dia menjelaskan ada sesuatu hal unik, sesuatu yang khas yang ditangkap oleh “rasa”, melalui pancaindera, yakni alam Bali memudahkan berkontemplasi, hingga tercipta lah rasa nyaman, terasa di rumah (at home), ataupun sesuatu hal yang menciptakan rasa aman.

“Setiap berada di Bali selalu terasa berbeda. Bali menjadi bukti perpaduan spiritualitas yang hidup dan membumi, dengan kebudayaan, dan keindahan alam rayanya,” kata dia.

Dia mengatakan apa yang terjadi di Bali, mengingatkannya pada tulisan Franz Magnis-Suseno dalam the Javanese Ethics and World View.

“Dalam tulisan itu ditegaskan pentingnya panduan hidup atas dasar moral, hati nurani, dan olah rasa. Hal yang paling menonjol dalam etika Jawa, terletak pada penekanan dimensi keselarasan antara mikrokosmos (manusia) dan makrokosmos (keteraturan semesta),” kata Hasto.

Menurut Hasto fakta empiris yang ditemukan, bahwa di Bali ini falsafah, sistem nilai, kultur, hingga tradisi masyarakatnya saling beresonansi. Suasananya sangat khas, dimana seluruh karya seni berpadu dan hasilnya ciri-ciri kebudayaan tampil begitu menonjol.

“Kebudayaan menyajikan sistem nilai, tradisi, juga pengetahuan yang ikut mempengaruhi perilaku masyarakatnya dalam keteraturan bersama. Mereka yang hadir di Bali dengan beragam budaya ikut meluruh, hingga cara berpikir, berbicara, dan perilaku dipengaruhi magnet kultural Bali. Tanpa terasa proses inkulturasi akulturasi berjalan natural, saling melengkapi,” ucapnya.

Hasto mengatakan tepat apabila memahami kebudayaan sebagaimana disampaikan oleh Clifford Geertz. Menurutnya, kebudayaan merupakan seperangkat peralatan simbolik untuk mengendalikan perilaku.

Kebudayaan tidak lain merupakan pedoman yang digunakan oleh manusia dalam bertingkah laku dan berinteraksi, serta mendorong lahirnya berbagai inovasi yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bagi para wisudawan wisudawati ISI Denpasar, Hasto pun berpesan agar terus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penopang berkembangnya kebudayaan nasional yang berkemajuan, namun tetap kokoh pada identitas kebudayaan bangsa.

“Terus perkuat riset dan inovasi. Dari kebudayaan Bali ini jika digali secara mendalam, akan menjadi sumber pengetahuan yang khas Indonesia, dan sangat penting bagi desain kebijakan masa depan. Gelorakan kebudayaan. Mari bangun kepemimpinan Indonesia di dunia pada bidang kebudayaan,” ujarnya.[prs]

  • Bagikan